Mungkin ada pertanyaan, sebenarnya dimanakah cerita pewayangan itu terjadi?, dan apakah itu suatu kisah ataupun hanya sekedar cerita rakyat turun temurun belaka?. Disini penulis akan menelusuri dengan beberapa pendekatan sejarah yang mudah mudahan akan sedikit menambah wawasan sebagai bahan pertimbangan dalam menuju untuk terjawabnya pertanyaan tersebut.
Banyak orang sudah tahu tentang cerita dunia wayang atau tokoh tokoh cerita yang tertulis di kitab kitab kuno, seperti :
- Kitab MAHABARATA yg ditulis oleh Resi Wiyasa.
- Kitab RAMAYANA yang ditulis oleh Resi Wamilki.
- Kitab KAKAWIN ARJUNA WIWAHA oleh Empu Kanwa (Zaman raja Air Langga, Kahuripan).
- Kitab BARATAYUDHA oleh Empu Sedah dan Empu Penuluh (zaman raja Jaya Baya, Kediri).
- Kitab ARJUNA WIWAHA dan Kitab SOTASOMA oleh Empu Tantular (zaman Majapahit).
Sedangkan tentang dimana cerita itu berlangsung banyak perbedaan pendapat. Orang India menganggap itu terjadi di derah dataran India atau Hindustan, sedangkan ada dari sebagian masyarakat Jawa berpendapat bahwa cerita dan kisah itu terjadi di dataran tanah Jawa.
Kedua pendapat itu sebenarnya ada benarnya, jika kita melihat menggunakan pendekatan sejarah secara geografis, bahwa kepulauan Indonesia /Atlantis dengan dataran Asia lainya pada zaman dahulu ada kemugkinan adalah dalam satu dataran atau satu benua.
Kedua pendapat itu dikuatkan oleh sebuah penelitian yang baru-baru ini muncul yaitu tentang Indonesia adalah negri Saba’ oleh K.H Fahmi Basya seorang dosen matematika di UIN Syarif Hidayatulloh.
Diantaranya disebutkan tentang tanda-tanda adanya kesatuan dataran Atlantis sebelum terjadinya bencana besar yang melanda negri Saba’ yang menghancurkannya, sehingga menjadikanya terbagai menjadi ribuan pulau.
Pada realitasnya di tanah Jawa sendiri banyak tempat-tempat yang menggunakan nama-nama seperti nama-nama yang disebutkan dalam cerita pewayangan itu, seperti:
- CANDI PANATARAN (daerah Blitar jawa timur, tempat makam BEGAWAN ABIYASA).
- Candi DURGA Maha Kali (Gunung Lawu).
- Makam Kyai SEMAR (Gunung Tidar Magelang).
- Juga yang dikatakan oleh begawan Valmiki bahwa NEGRI ALENGKA itu berada di daerah Swarna Dwipa/Sumatra/Mantra sedangkan rajanya bernama Indrajid/Indrajitra/Indrajatra/Indrajati. Yang kemudian kerajaan itu diteruskan anaknya yang bergelar Maharaja Diraja dan ibu kotanya Matankari/Madangkari yang sekarang terletak di Muaratakus yang ditandai dengan candi Palangka di Muaratakus. dan masih banyak nama-nama lainya yg tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Arjuna/Janoko/Permadi, Abiyoso/Abiyasa, Werkudoro, Sembodro Durno, Kresno, Umbo Karno, Gathut Koco, Bolo Dewo, Yudistiro, Nakulo, Sadewo dsb.Sementara nama orang orang Jawa asli menggunakan ejaan hampir sama dengan nama tersebut seperti misalnya: Soeharto, Soekarno, KiHajar Dewantoro, Joko Widodo, Prabowo Subiyanto, Wiranto dsb. Akan tetapi jika disamakan dengan nama-nama orang India sungguh jauh berbeda meskipun kadang ada sedikit kesamaan, seperti misalnya Arjun, Krisna, (hampir sama), Shakh Rukh Khan, Takur, Amitha Bachan, Sunil, Raju dan sebagainya, yang tentu secara ejaanya saja adalah berbeda dan tidak menunjukan kesamaan daerah atau suku,ras dsb. Lanjut ke halaman berikutnya
Post a Comment Blogger Facebook