Bismillahirohmaanirrohiim, juga sholawat serta salam kepada Nabi Muhamad SAW. Tembang Ee Dayohe Teko adalah sindiran Hakikat.
Setelah penulis menjabarkan walau dengan sangat sederhana tentang makna tembang-tembang jawa sebelumnya yaitu tembang Sluku-sluku Bathok dan Gundul-gundul Pacul, kali ini penulis akan lanjutkan dengan pembahasan Tembang Ee Dayohe Teko adalah sindiran Hakikat.
Namun sebelumnya penulis meminta maaf karena tak pernah secara pasti menyebut siapa pengarang tembang-tembang tersebut, dikarenakan banyak perbedaan pendapat tentang siapa pengarang tembang-tembang Sluku-Sluku Bathok, Gundul-gundul Pacul dan ee Dayohe Teko ini, membuat penulis juga tak mau berspekulasi mengatakan siapa pengarangnya, yang pasti tembang-tembang itu diciptakan oleh ulama dan para wali pada waktu itu.
Karena disini penulis menitik beratkan pada pembahasan makna yang terkandung di dalamnya. Walau sebenarnya dalam pembahasan sejarah itu adalah penting, namun menurut hemat penulis alangkah lebih pentingnya jika kita mengetahui makna dan maksud dari tembang-tembang tersebut, bukan sekedar hanya bernyanyi atau tahu siapa dan kapan tembang itu di tulis.
Karena disini penulis menitik beratkan pada pembahasan makna yang terkandung di dalamnya. Walau sebenarnya dalam pembahasan sejarah itu adalah penting, namun menurut hemat penulis alangkah lebih pentingnya jika kita mengetahui makna dan maksud dari tembang-tembang tersebut, bukan sekedar hanya bernyanyi atau tahu siapa dan kapan tembang itu di tulis.
Bila ditinjau dari segi keilmuan sebenarnya tembang-tembang jawa seperti Sluku-sluku Bathok, Gundul-gundul Pacul, Dayoh, Ilir-ilir dan lainya, ini mempunyai urutan-urutan berdasarkan makna yang terkandung. yaitu mulai :
- tingkat dasar atau awam (syariat) misalnya tembang Ilir-ilir.
- tingkat diatasnya (thoriqot dan hakikat) Tembang Gundul-gundul Pacul dan Tembang Ee Dayohe Teko
- dan yang terahir tingkat khosh (makrifat) yaitu tembang Sluku-Sluku Bathok.
Insyaalloh nanti pada kesempatan yang lain akan penulis perdalam lagi tentang pembahasan ilmu-ilmu ini, dan bagaimana jalan untuk mendapatkanya.
Tembang Dayohe Teko ini adalah sebuah tembang dolanan anak-anak yang oleh pengarangnya diselipkan makna Sindiran seperti Tembang Gundul-gundul Pacul.
kedua tembang tersebut sama-sama menyindir orang-orang syariat yang tidak mau belajar ilmu hakikat atau ilmu filqolbi, sehingga dengan ilmu syariat yang mereka punya menjadikan hati mereka keras dan lebih banyak menyalahkan orang lain, atau bahkan bisa merusak tatanan.
Tembang e Dayohe Teko ini khusus menyindir mereka yang tak sadar bahwa ada ilmu yang sesungguhnya sangat penting untuk di pelajari untuk mendukung ilmu syariat yang mereka punya saat ini,
agar mereka tidak cenderung keras hati dan sibuk saling menyalahkan, juga agar mereka tidak berputar hanya pada persoalan Tata cara saja, namun lebih menuju kepada hakikat agama yang sesungguhnya.
Yaitu jalan menuju mengenal Alloh sebagai tuhan yang harus disembah yang sesungguhnya, sehingga nanti mereka tidak salah menyembah tuhan, seperti misalnaya:
kedua tembang tersebut sama-sama menyindir orang-orang syariat yang tidak mau belajar ilmu hakikat atau ilmu filqolbi, sehingga dengan ilmu syariat yang mereka punya menjadikan hati mereka keras dan lebih banyak menyalahkan orang lain, atau bahkan bisa merusak tatanan.
Tembang e Dayohe Teko ini khusus menyindir mereka yang tak sadar bahwa ada ilmu yang sesungguhnya sangat penting untuk di pelajari untuk mendukung ilmu syariat yang mereka punya saat ini,
agar mereka tidak cenderung keras hati dan sibuk saling menyalahkan, juga agar mereka tidak berputar hanya pada persoalan Tata cara saja, namun lebih menuju kepada hakikat agama yang sesungguhnya.
Yaitu jalan menuju mengenal Alloh sebagai tuhan yang harus disembah yang sesungguhnya, sehingga nanti mereka tidak salah menyembah tuhan, seperti misalnaya:
- Banyak yang rajin beribadah karena ingin rizqinya lancar.
- Ingin dimudahkan segala urusanya atau bahkan karena mereka sangat menginginkan surga.
Sedangkan bunyi syair Tembang Dayohe Teko adalah sebagai berikut:
Ee.. dayohe teko...ee gelarno kloso ...
ee.. klasane bedah...ee tambalno jadah..
ee.. jadahe mambu .. ee pakakno asu...
ee..asune mati ...ee guwakno kali..
ee.. kaline banjir.. ee guwak neng pinggir..
Arti kata dan kalimat Tembang Dayoh adalah:
Dayohe teko : Tamunya datang.
Gelarno kloso : digelarkan tikar.
Klosone bedah : tikarnya robek
Tambalno jadah : Ditambal jadah (ketan).
Jadahe mambu : Ketanya bau
Pakakno asu : kasihkan ke anjing.
Asune mati : anjingnya mati.
Guwakno kali : buang ke kali
Kaline banjir : kalinya banjir.
guwak ning pinggir : buang di pinggir.
Dayohe yang dimaksud ditembang ini adalah Tamu yang berarti "Datangnya Wahyu", jadi bukan tamu orang, dan bukan seperti wahyu secara terminologi secara persisnya.
Tetapi yang dimaksud disini adalah Wahyu sebagai simbol hidayah yang sesungguhnya.
Atau inti saripati dari tujuan diturunkanya agama (hakikat), atau bukan hanya sekedar tata cara (syariat) saja yang dijalankan, tapi sambutlah tamu yang sesungguhnya dan tempatkanlah di dalam hati .
Tetapi yang dimaksud disini adalah Wahyu sebagai simbol hidayah yang sesungguhnya.
Atau inti saripati dari tujuan diturunkanya agama (hakikat), atau bukan hanya sekedar tata cara (syariat) saja yang dijalankan, tapi sambutlah tamu yang sesungguhnya dan tempatkanlah di dalam hati .
Dalam arti dengan diturunkanya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup bagi umat manusia didunia, namun yang dimaksud disini Al-Qur'an bukan hanya sekedar dipelajari, dibahas, dan dibaca saja.
Atau bisa diartikan wahyu dalam Tembang E Dayohe Teko ini bermakna "Qur'an disamak kulit tinulis getih" yaitu Qur'an disampul kulit tubuh kita dan ditulis dengan darah kita, yang berarti telah menyatu dalam diri kita, sehingga bisa menjadi pribadi yang Qur'ani.
Namun untuk mendapatkan wahyu tersebut tentu harus melewati cara-cara tertentu seperti yang telah digambarkan dalam Makna dan filosofi tembang Sluku-Sluku Bathok dalam pembahasan sebelumnya.
Atau bisa diartikan wahyu dalam Tembang E Dayohe Teko ini bermakna "Qur'an disamak kulit tinulis getih" yaitu Qur'an disampul kulit tubuh kita dan ditulis dengan darah kita, yang berarti telah menyatu dalam diri kita, sehingga bisa menjadi pribadi yang Qur'ani.
Namun untuk mendapatkan wahyu tersebut tentu harus melewati cara-cara tertentu seperti yang telah digambarkan dalam Makna dan filosofi tembang Sluku-Sluku Bathok dalam pembahasan sebelumnya.
Sedangkan apa yang terjadi pada kebanyakan ahli syariat atau Ulama yang disindir dalam tembang Dayoh ini adalah, Karena sejak dari zaman dahulu apalagi sekarang banyak ulama yang mempunyai kecenderungan cinta dunia.
Makna Filosofi Tembang e dayohe teko |
sehingga SINDIRAN yang di gambarkan dalam tembang Dayoh ini, ketika mereka sedang kedatangan tamu agung, mereka bukan menyambut tamu itu atau menemani duduk dan berbincang hal penting yang akan disampaikan oleh sang tamu, akan tetapi mereka malah disibukkan oleh hal-hal yang tidak penting, yang oleh sang tamu tidak diharapkan atau diperhatikan.
mereka ingin menyambut tamu itu dengan baik seperti mereka ingin disambut dengan agung dan hormat ketika mereka sedang bertamu, itulah sifat orang yang cinta dunia, segalanya serba ingin di hormati dan dihargai.
Dalam tembang e dayohe teko itu digambarkan ketika tamu datang mereka malah sibuk menata tempat bahkan sampai lupa arti penting datangnya tamu malah sibuk bingung untuk membuang bangkai anjing di kali.
Dalam arti mereka tidak memperhatikan dengan inti kedatangan hidayah (wahyu) tersebut ,akan tetapi mereka malah disibukkan dengan urusan furu'iyyah Syariat, bahkan mereka saling merasa benar dan saling menyalahkan.
Digambarkan dengan membuang bangkai dan bangkainya pun bangkai anjing. Sangatlah rendah orang yang berilmu namun hanya bertujuan untuk berdebat dan kebanggaan saja, sehingga mereka lupa untuk meningkatkan ilmu selanjutnya yaitu ilmu filqolbi.
Kesimpulan dari Makna Filosofi Tembang Ee Dayohe Teko ini adalah, bahwa kebutaan arah jalan menuju ilmu hakiki (hakikat dan ma'rifat) itu dikarenakan kecintaan pada duniawi, apalagi sampai berlebihan.
Gila Hormat, Pangkat dan kedudukan membuat seseorang takut menderita, istilah jawanya wedi loro rekoso.
Ini adalah situasi yang sangat bahaya bagi keimanan seseorang, mengapa demikian?, karena jelas telah diperbudak oleh hawa nafsu, sehingga ibadahnya pun disinyalir sudah tidak murni menyembah tuhan lagi, tetapi mereka beribadah hanya demi ingin ngalap kenikmatan duniawi semata. na'udzubillah.
Gila Hormat, Pangkat dan kedudukan membuat seseorang takut menderita, istilah jawanya wedi loro rekoso.
Makna Filosofi Tembang e dayohe teko |
Ini adalah situasi yang sangat bahaya bagi keimanan seseorang, mengapa demikian?, karena jelas telah diperbudak oleh hawa nafsu, sehingga ibadahnya pun disinyalir sudah tidak murni menyembah tuhan lagi, tetapi mereka beribadah hanya demi ingin ngalap kenikmatan duniawi semata. na'udzubillah.
Maafkan jika ada kesalahan ,karena penulis hanya manusia yang lemah dan masih kurang banyak ilmu, sehingga penyempurnaan maupun saran dari para pembaca sangatlah penulis harapkan.
semoga bermanfaat...
Tetap selalu kunjungi www.PUSPOTAJEM.ID untuk info menarik lainnya.
Bisa juga dimaknai bahwa permaslahan sederhana (tikar robek)namun solusinya salah (ditambal jadah) yang berakibat menambah masalah baru dan makin luas (bau jadah, anjing mati, sungai tercemar bangkai).
ReplyDeleteSaya rasa makna dari lagu tsb adl mengisyaratkan penanganan yg salah pd suatu masalah..
ReplyDelete